Kesimpulan tarian sintren




https://images.app.goo.gl/UJrwG8HkNeno7u1m8

Sintren adalah kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Cirebon. Sintren merupakan kesenian yang sederhana dengan menggunakan perlengkapan yang sederhana. Sintren terdiri dari dua suku kata yaitu Sinyo yang berarti pemuda dan trennen yang berarti berlatih. Secara etimologi Sintren merupakan gabungan dari dua suku kata yaitu Si yang berarti ia atau dia dan Tren berarti tri atau panggilan lain kata putri. Sehingga Sintren adalah Si Putri yang menjadi pemeran utama dalam kesenian sintren. Sintren mulai diperkenalkan di kalangan masyarakat sekitar tahun 1940, Sintren merupakan bagian dari cerita rakyat yang dalam pagelaran pementasannya seorang penari menari dengan gerak ritmik sangat indah dalam kondisi tidak sadarkan diri seperti halnya fana yang dilakukan oleh para sufi. Kesenian sintren terus berkembang mengikuti arus perkembangan zaman.
Sintren merupakan kesenian tradisional yang bernuansa mistis, yang berasal dari kisah asmara Sulandono dan Sulasih. Sulandono sebagai putra dari Ki Baurekso. Hubungan asmara antara Sulandono dan Sulasih yang tidak direstui oleh Ki Baurekso. Akhirnya  Sulandono pergi meninggalkan kampung halamannya untuk bertapa sedangkan Sulasih memilih mengisi hari-harinya menjadi seorang penari. Pertemuan antara Sulandono dan Sulasih masih terus berlangsung melalui alam ghaib. Atas bantuan dari ibunda Sulandono yang bernama R.Dewi Rantamsari pertemuan antara keduanya berlangsung. R.Dewi Rantamsari memasukan roh bidadari kedalam tubuh Sulasih, pada saat itu juga Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih. Atas dasar kisah tersebut setiap diadakan pertunjukan Sintren sang penari dibacakan mantra-mantra untuk memanggil roh bidadari.
Kesenian Sintren tumbuh dan berkembang mengikuti kemajuan zaman. Sebelumnya sintren digunakan sebagai media untuk mengusir para penjajah, pada zaman animisme dan dinamisme sintren digunakan sebagai alat untuk mendekatkan diri dan berkomunikasi dengan arwah para leluhur. Namun pada zaman perkembangan agama Islam di Cirebon Sintren digunakan sebagai media dakwah dalam penyebaran agama Islam. Para wali menyebarkan agama Islam dengan memanfaatkan sarana kesenian sintren sebagai salah satu kesenian tradisional yang dijadikan media dakwah Islam di Cirebon dan sekitarnya.

0 Komentar