https://images.app.goo.gl/UJrwG8HkNeno7u1m8
Sintren merupakan kesenian tradisional yang bernuansa mistis, yang berasal dari kisah asmara Sulandono dan Sulasih. Sulandono sebagai putra dari Ki Baurekso. Hubungan asmara antara Sulandono dan Sulasih yang tidak direstui oleh Ki Baurekso. Akhirnya Sulandono pergi meninggalkan kampung halamannya untuk bertapa sedangkan Sulasih memilih mengisi hari-harinya menjadi seorang penari. Pertemuan antara Sulandono dan Sulasih masih terus berlangsung melalui alam ghaib. Atas bantuan dari ibunda Sulandono yang bernama R.Dewi Rantamsari pertemuan antara keduanya berlangsung. R.Dewi Rantamsari memasukan roh bidadari kedalam tubuh Sulasih, pada saat itu juga Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih. Atas dasar kisah tersebut setiap diadakan pertunjukan Sintren sang penari dibacakan mantra-mantra untuk memanggil roh bidadari.
Kesenian Sintren tumbuh dan berkembang mengikuti kemajuan zaman. Sebelumnya sintren digunakan sebagai media untuk mengusir para penjajah, pada zaman animisme dan dinamisme sintren digunakan sebagai alat untuk mendekatkan diri dan berkomunikasi dengan arwah para leluhur. Namun pada zaman perkembangan agama Islam di Cirebon Sintren digunakan sebagai media dakwah dalam penyebaran agama Islam. Para wali menyebarkan agama Islam dengan memanfaatkan sarana kesenian sintren sebagai salah satu kesenian tradisional yang dijadikan media dakwah Islam di Cirebon dan sekitarnya.
0 Komentar