Mitos di Balik Sintren


Mitos dibalik ritual Sintren
Terdapat tarian unik yang mengabungkan unsur mistis, magis dan kesenian. Adalah Tari Sintren, yang biasanya dipertunjukkan saat perayaan rakyat atau momen-momen tertentu di Keraton Kacirebonan.
Sintren seolah identik dengan hal berbau mistis karena para penarinya beraksi dalam kondisi tidak sadar ata sadar
Tari Sintren dilakukan oleh seorang perempuan yang biasanya adalah anak remaja. Unsur magis dan mistisnya mulai terasa pada saat awal pertunjukan.
Mulanya, seorang penari dikawal dengan pawangnya, 3 orang penjaga dan 2 orang sinden. Mereka mengiringi penari dengan kemenyan dan hamburan kembang. Mereka menuju panggung yang dimana sudah terdapat kurungan ayam berukuran besar dan ditutupi kain batik hitam
Kemudian gadis penari dililit dengan kain batik dari leher hingga ujung kaki dan diikat dengan tali. Setelah itu dilapisi lagi dengan tikar lalu masuk kedalam kurungan ayam tersebut.
Dengan diiringi para pesinden dengan lagu berbahasa Cirebon serta para pawang yang membakar kemenyan dan membaca doa sambil berkeliling panggung.
Kemudian ia menari dengan kebulan asap tebal hasil bakaran kemenyan yang menambah aura mistis. Jika penari di lempari uang baik koin maupun kertas, tubuhnya akan rubuh. Ajaib!
Namun para penjaga selalu sigap untuk menopang jika suatu saat sang penari terjatuh. Untuk membuatnya menari kembali, sang pawang hanya perlu meniup wajah penari Sintren.
Ekstremnya, terdapat bagian dimana Sintren menari di atas bahu penjaga, yang bisa saja ia terjatuh apabila ada penonton yang iseng melempar uang.
Di penghujung tarian, Sintren dimasukkan kembali ke tempat semula yaitu kurungan ayam dan kemudian ia kembali mengenakan pakaian seperti semula sebelum menari. Sungguh atraksi yang unik sekaligus mencengangkan dan dapat membuat siapapun yang menontonnya terheran-heran.
Tari Sintren, yang biasanya dipertunjukkan saat perayaan rakyat atau momen-momen tertentu di Keraton Kacirebonan.
pernah menonton atraksi Tari Sintren saat berkunjung ke Cirebon beberapa waktu lalu. Tari Sintren dilakukan oleh seorang perempuan yang biasanya adalah anak remaja. Unsur magis dan mistisnya mulai terasa pada saat awal pertunjukan.
Mulanya, seorang penari dikawal dengan pawangnya, 3 orang penjaga dan 2 orang sinden. Mereka mengiringi penari dengan kemenyan dan hamburan kembang. Mereka menuju panggung yang dimana sudah terdapat kurungan ayam berukuran besar dan di tutupi kain batik hitam.
Penarinya diikat sekujur tubuh Kemudian gadis penari di lilit dengan kain batik dari leher hingga ujung kaki dan di ikat dengan tali. Setelah itu dilapisi lagi dengan tikar lalu masuk kedalam kurungan ayam tersebut.
Dengan diiringi para pesinden dengan lagu berbahasa Cirebon serta para pawang yang membakar kemenyan dan membaca doa sambil berkeliling panggung.
Nyanyian sindennya seperti ini: Gulung, gulung ranjang. Anak Sintren lagi turu, penontone buru-buru,nyanyi mereka berdua. Artinya:Gulung, gulung ranjang. Anak Sintren lagi tidur, penontonnya tidak sabar.
Puncak magisnya muncul pada saat-saat ini. Dimana pada saat kurungan ayam di buka, gadis penari yang tadinya berlapiskan kain dan tikar sudah berubah pakaian dengan baju berwarna merah, kain batik hitam serta sebuah mahkota dan kacamata hitam, yang di peruntukkan untuk menutupi tatapan dan lirikan penari karena kondisinya dibawah alam sadar.
Kemudian ia menari dengan kebulan asap tebal hasil bakaran kemenyan yang menambah aura mistis. Jika penari dilempari uang baik koin maupun kertas, tubuhnya akan rubuh. Ajaib
Namun para penjaga selalu sigap untuk menopang jika suatu saat sang penari terjatuh. Untuk membuatnya menari kembali, sang pawang hanya perlu meniup wajah penari Sintren.
Ketika memakai kacamata hitam adalah tanda kehidupan dunia 'Membutakan' manusia. Ketika penari Sintren jatuh pingsan pada saat di lempari uang bermakna bahwa kekayaan (uang) bisa seketika membuat menusia jatuh dan hancur.
Ketika dikurung kembali setelah pingsan adalah bagian makrokosmos. Bahwa manusia merupakan bagian dari jagat raya ciptaan Allah Swt. Saat pertunjukan berakhir, penari sintren keluar dai kurungan tanpa memakai kostum, bermakna bahwa manusia akan kembali pada keadaan semula seperti selembar kain putih yang dipakai ketika dikuburkan. Sehingga segala kemewahan (kostum) bersifat sementara.
Tarian Sintren menggambarkan kesucian sang putri atau sang penari. Masyarakat Cirebon menyakini tarian ini tak boleh di tampilkan atau dilakukan secara main-main.
Seorang penari hanya boleh membawakan tarian sintren dalam keadaan suci dan bersih. Makanya, sebelum melakukan pementasan sang penari harus melakukan puasa terlebih dahulu dan menjaga agar tidak berbuat dosa.
Hal itu ditujukan agar roh tidak akan mengalami kesulitan untuk masuk dalam tubuh penari. Kesenian tari sintren pada mulanya dipentaskan pada waktu yang sunyi, di saat malam bulan purnama, karena kesenian tari ini berhubungan dengan roh halus yang masuk ke dalam sang penari.
Tari sintren dibawakan oleh seorang wanita yang mengenakan kostum khusus dan berkacamata hitam. Sebelum melakukan tarian, biasanya sang penari akan masuk ke dalam sebuah kurungan dalam keadaan terikat tali tambang. Kurungan kemudian di tutup dengan kain.
Saat penari keluar dari kurungan itulah penonton dibuat takjub. Penari berhasil lolos dari ikatannya dan sudah berganti pakaian.
Musik langsung menyambutnya, dan penari pun langsung berjoget. Uniknya, setiap ada penonton yang sawer, melemparkan uang ke penari, penari langsung terjatuh dan berhenti menari.
Meski terlihat aneh dan menghibur, jatuhnya penari karena sawer ini sebenarnya merupakan pesan penting yang disampaikan lewat tari sintren. Jatuhnya penari menggambarkan bahwa manusia kerap lupa diri ketika sudah bergelimang harta.
Uang yang dilempar ke penari dimaknai sebagai harta atau nafsu duniawi. Penari sebagai gambaran kita atau manusia, langsung jatuh ketika terkena lemparan uang.
Tarian Mistis Saat Purnama Tiba
Setelah pawang selesai membacakan doa, kemudian dupa diputar-putarkan di atas kurungan dengan iringan musik tetap dimainkan. Pada akhirnya, pawang membuka kurungan tersebut dan terlihat penarinya sudah terlepas dari tali yang mengikatnya dan sudah mengenakan kostum. Inilah yang menjadi salah satu keunikan dari tari Sintren.
Penari akan langsung menari tanpa adanya komando sebelumnya. Dengan gerakan tangan sederhana dan kaki yang dihentak-hentakkan pertanda pertunjukan sudah dimulai. Setelah selesai, biasanya penari akan dibantu dengan pawangnya untuk berputar mengambil uang saweran dari penonton. Jika secara nggak sengaja melakukan kontak langsung dengan laki-laki maka penari Sintren akan langsung pingsan. Nantinya, pawang akan memasukkan roh kembali ke tubuh penari tersebut agar dapat berdiri lagi.
Biasanya pementasan tari Sintren ini akan dilaksanakan pada malam hari saat bulan purnama. Hal ini berhubungan dengan roh halus yang masuk ke dalam tubuh penari tersebut. Namun seiring perkembangan zaman, kini tari Sintren dapat dilakukan kapanpun untuk tujuan menghibur wisatawan. Tari Sintren ini juga sering dipentaskan pada acara tertentu seperti pernikahan, khitanan atau hajatan.

0 Komentar