Pergelaran Tari Sintren
Di dalam pergelaran tari ini terdapat empat bagian yaitu :
  • Dupan : ritual berdoa bersama untuk mendapatkan keselamatan dan terhindar dari mara bahaya selama pertunjukkan berlangsung.
  • Paripurna : bagian saat pawang menyiapkan seseorang untuk menjadi Sintren yang ditemani oleh empat penari lainnya sebagai dayang.
  • Balangan : ketika penonton melemparkan sesuatu ke arah penari Sintren.
  • Temohan : dimana para penari dengan membawa nampan berjalan ke arah penonton untuk meminta tanda terima kasih dengan uang seikhlasnya.
Syarat untuk dapat dijadikan penari tari ini ialah seorang gadis yang masih perawan, dikarenakan penarinya harus dalam keadaan suci. Sebelum pergelaran tari ini, sang penari diwajibkan untuk berpuasa beberapa hari supaya tubuh si penari tetap dalam keadaan suci serta menjaga tingkah laku agar tidak melakukan dosa dan berzina.
Kostum yang digunakan oleh sang penari ialah baju golek, baju tanpa lengan yang biasa dipakai dalam Tari Golek. Untuk bagian bawah memakai kain jarit dan celana cinde. Bagian kepala memakai jamang (hiasan untaian bunga melati di samping kanan dan koncer di bagian telinga). Aksesoris lainnya ialah sabuk, sampur (selendang), dan kaos kaki hitam atau putih serta kacamata hitam yang digunakan untuk penutup mata sebab penari selalu memejamkan mata saat keadaan kesurupan.
Perkembangannya pun sudah mulai hilang seiring berjalannya waktu. Tari ini sudah sangat jarang ditampilkan bahkan di daerah aslinya. Tari ini merupakan tarian yang langka dan jarang ditemukan. Oleh karena itu kita sebagai anak penerus bangsa harus menjaganya dan melestarikan tarian yang ada di Indonesia karena tarian merupakan salah satu warisan budaya Negara Indonesia.
Sekian pemaparan saya mengenai Tari Sitren ini, semoga apa yang sudah saya paparkan dapat menambahkan wawasan kepada readers semuanya. Serta untuk selalu update di blog saya, karena akan ada artikel-artikel terbaru lainnya mengenai tari tradisional yang ada di Indonesia. Selamat siang menjelang sore dan salam hangat untuk readers semua.
Pertama-tama, sang pawang dan para pembantunya menyiapkan kemenyan, sesajen, kurungan, dan tali. Mereka kemudian melakukan dupan, yaitu berdoa bersama untuk memohon kepada Tuhan agar diberi kelancaran dan dijauhkan dari bahaya yang ada selama pertunjukan dilaksanakan.
Setelah itu, sang penari utama (karena ada penari lain berjumlah 4 orang yang disebut dayang) dengan pakaian biasa, duduk dengan posisi kedua kaki diduduki tubuhnya. Lantas sang pawang memegang kedua tangan si penari utama dan ditempelkan ke asap kemenyan.
Setelah itu, penari tersebut diminta berdiri. Ia kemudian dililit dengan kain batik dari bawah leher hingga ujung kaki, dan diikat dengan tali. Ikatan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga penonton yang melihatnya pun berpikir bahwa si penari tak akan bisa melepas diri ikatan tersebut tanpa bantuan orang lain.




0 Komentar