Nilai Filosofis pada Syair Lagu Tarian Sintren.

Syair lagu yang dibawakan oleh para pesinden dalam pertunjukan kesenian sintren memiliki nilai filosofis yaitu:
1.Mengandung syiar ajaran agama Islam.
Wari lais adalah sintren yang melambangkan manusia.
Terapnang sandang ira melambangkan segala kehendak manusia.
Dunung atau majikan adalah Allah SWT yang wajib disembah.
Si Dununge bahu kiwa maksudnya adalah Tuhan tidak jauh dari kita, Tuhan selalu mengetahui segala apa yang kita lakukan.
Pangeran kang lara tangis memiliki makna bahwa Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang sebagai tempat kita mengabdi dan memohon segala pertolongan.
2. Semangat Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
 Perkembangan sintren pada zaman penjajahan Belanda, Inggris dan Jepang sampai pada zaman setelah Indonesia merdeka dapat
dimaknai sebagai suatu simbol. Pada zaman penjajahan Belanda, kesenian sintren tidak lepas dari kekuasaan penjajah. Seperti yang terdapat pada lirik syair lagu berikut ini:
Duwit-duwit gembring
Si… numbak celeng
Keris mlengkung. Tumbak mlengkung
Si.. ditilikung
Ciyet, ciyet di….. dibebencet
Syair lagu diatas adalah lagu ciptaan Belanda untuk menghina para pejuang, pahlawan pemberontakan penjajah, haya diubah sedikit dari aslinya. Para penjajah menganggap pahlawan Indonesia hanya Duwit gembring
yang tidak bernilai dan tidak berguna tidak mungkin akan mengalahkan penjajah dan sangat sedikit kemungkinan untuk bisa merdeka dari para penjajah. Pada adegan sintren yang terbelenggu oleh tali melambangkan kondisi bangsa Indonesia yang saat itu masih terbelenggu dalam kungkungan penjajah. Dengan tangan terbelenggu gerak kita juga sangat terbatas. Kacamata hitam yang dipakai oleh sintren sama halnya dengan bangsa Indonesia yang tidak dapat melihat dan memilih jalan. Sintren yang terbelenggu dengan tali dimasukkan ke dalam kurungan memiliki makna bahwa kalau kita dapat terbebas dari belenggu para penjajah maka kita akan segera merdeka. Dengan adanya pertunjukan sintren pada saat penjajahan, diharapkan para masyarakat memiliki kesadaran untuk terbebas dari kungkungan para penjajah dan segera mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia.
3. Kepercayaan pada roh-roh dan benda-benda yang memiliki kekuatan pada masa animisme dan dinamisme
4. Reinkarnasi pada masa Hindu Budha

0 Komentar