Tarian tradisional dari Cirebon yang kaya filosofi hidup

Tarian tradisional dari Cirebon yang kaya filosofi hidup.

"Sintren adalah pertunjukkan seni yang di dalamnya memiliki makna filosofis yang mengingatkan kepada masyarakat bahwa seseorang bisa lupa diri karena nafsu duniawi," kata Arief saat ditemui di kompleks Goa Sunyaragi, Kota Cirebon, Jawa Barat beberapa waktu lalu.
Tari sintren memiliki makna filosofis tentang kehidupan. Sultan Kasepuhan Cirebon PRA Arief Natadiningrat mengatakan tak ada unsur mistis dalam tarian sintren. Arief mengatakan tari sintren memiliki makna bahwa manusia kerap lupa diri ketika sudah bergelimang harta.Berbeda dengan tari topeng, tari sintren ini lebih nyentrik. Penarinya memakai kaca dan memakai busana adat khas Cirebon. Tarian sintren ini melibatkan kurungan. Sebelum menari dengan berbusana adat, penari diikat dengan tambang dan dimasukan ke kurungan.
Saat penari keluar dari kurungan, penonton dibuat takjub. Pasalnya, penari berhasil lolos dari ikatan dan sudah berganti pakaian. Kemudian musik langsung menyambutnya, penari pun langsung berjoget.
Uniknya, setiap ada penonton yang sawer dengan cara melemparkan uang ke penari, penari langsung terjatuh dan berhenti menari. Seterusnya pun begitu. Makna dari ketika penonton melempar uang atau sawer kepada penari tersebut yaitu: uang yang dilempar ke penari dimaknai sebagai harta atau nafsu duniawi. Penari pun langsung jatuh ketika terkena lemparan uang. "Jatuhnya penari atau berhenti menari ketika disawer itu sebagai perwujudan kalau orang sering lupa. Awalnya penari ini orang biasa, kemudian keluar kurungan jadi orang hebat dengan berhias diri. Jadi sintren itu memiliki makna filosofis yang tinggi," Beberapa makna yang terdapat di balik sintren, antara lain: Pertama, makna mitis yang memiliki hubungan dengan perolehan secara magis. Ini tercermin lewat lagu-lagu yang dilantunkan dengan monoton tapi sederhana dan mampu memberikan kekuatan tertentu, sehingga pemain sintren dari kondisi terikat kuat dapat lepas dan berpakaian dalam hitungan detik. Yang kedua adalah makna teatrikal. Makna teatrikal ini digambarkan dengan tampilnya pawang dengan pemain sintren dan kurungan secara simultan. Lalu sintren berganti rupa dalam penampilannya sejak diikat dan dimasukkan ke dalam kurungan dan keluar lagi serta masuk lagi dalam kukurungan.
Filosofi didalam kehidupan umat manusia, Dijelaskan bahwa manusia ketika pada saat lahir masih kedalam suci dan bersih tanpa sehelai benang. Kurungan melambangkan dunia. Tali dianggap sebagai sebuah ikatan batin antara manusia dengan Allah SWT. Kemenyan melambangkan sebuah rasa karena manusia memiliki rasa, cipta dan karsa yang membuat manusia menjadi mahkluk yang sempurna
Kesenian tradisional kita tak lepas dari kehidupan sosial, agama seperti Jaipong dan Sintren yang mengutamakan Silaturahmi dan Tuntunan. Agama Islam menganjurkan bahwa setiap umat manusia wajib bersilaturahmi baik terhadap sesama maupun Allah SWT. Silaturahmi bisa dilakukan dengan berbagai cara termasuk kesenian. Sintren jika diteliti lebih jauh filosofi ini justru sebagai dakwah bagi manusia yang hilang keimanannya. Sesungguhnya Harta yang diberikan Allah SWT hanya bersifat titipan jadi kita sebagai umatnya menggunakan harta dengan sebaik2nya. Jadi jelas baik Kesenian Jaipong dan Sintren jangan dibilang musyrik. Kesenian itu itu Baik, Indah jika kita memaknai dengan hal-hal positif tetapi Kesenian itu buruk jika dimaknai dengan hal-hal negatif.

0 Komentar